Jendral Naga Bonar

Hari Sabtu kemarin kita dikejutkan dengan berita bahwa Bang Deddy Miswar (Sorry Bang kalo salah tulis) siap untuk dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2009. Sungguh mengejutkan! Ya begitulah Indonesia dan sebagai warga negara yang baik, kita harus selalu siap dengan kejutan-kejutan yang bisa muncul kapanpun dan oleh siapapun. Karena kalo tidak ada kejutan dan tidak ada yang nganeh-nganehi bukan Indonesia, katanya ....
Satu hal yang membuat Paijo tergelitik untuk menulis adalah sebuah tanya, apakah masih kurang banyak dari sekian calon presiden yang sudah memproklamirkan diri, Sehingga sang Jendral Naga Bonar-pun harus turun dari pertapaannya? Hanya Bang Deddy-lah yang bisa menjawabnya!


Menurut si Paijo, ketika Bang Deddy jadi Jendral Naga Bonar, itu hanya sebuah kejadian di dunia fiksi/khayal. Ya iyalah. Hanya di dunia fiksi seorang pencopet bisa dengan gampangnya jadi seorang jendral. Sehingga dengan mudahnya sang Jendral membagi-bagi pangkat terhadap yang lainnya. Tapi ketika Sang Jendral sudah memutuskan untuk bertempur memperebutkan tahta R1, itu bukan dunia fiksi lagi, itu sebuah kenyataan. Ya sebuah kenyataan yang entah bagaimana kita harus mensikapinya.
Kang Paijo sempat berpikir, apakah itu bukan sebuah sindiran dari seorang Deddy Miswar terhadap kondisi yang terjadi saat sekarang, dimana begitu banyak mantan jendral di negeri ini yang mencoba peruntungannya untuk menggapai kursi R1. Seperti iklan-iklan (kampanye tepatnya kale!) yang selalu rajin menyapa kita di hampir seluruh media, baik itu cetak maupun elektronik. Iklan-iklan yang selalu menampilkan sosok seorang bak pahlawan bagi kaum marginal. Tapi ketika melihat kenyataan bahwa majunya Sang Jendral karena diusung oleh beberapa Parpol, Kang Paijo jadi semakin tidak mudeng dengan maunya Sang Naga Bonar.
Disatu sisi, adalah sebuah kenyataan bahwa peran media massa sebagai tempat pemasangan iklan (tempat kampanye)sangatlah besar pengaruhnya terhadap masyarakat kita. Apalagi dalam kondisi seperti saat sekarang, dimana masyarakat kita sering terlihat bertindak tidak rasional. Ketika sebagian masyarakat kita tidak percaya lagi dengan dokter apalagi Puskesmas dan mereka lebih percaya dengan Si Dukun Cilik Ponari, dengan air comberan dari rumah si Dukun atau dari serpihan-serpihan bilik bambu rumahnya sang dukun. Dimanakah rasionalitas itu sekarang?
Demikian juga Kang Paijo kehilangan rasionalitasnya ketika harus menemukan jawaban mengapa Sang Jendral Naga Bonar maju untuk jadi R1. Atau memang kadang-kadang kita harus mencoba melepaskan diri kita dari segala hal yang berbau rasionalitas? Trus .... berarti kita tidak perlu pusing berpikir lagi dong! Pusing dech ....

3.02.2009 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar

Thanx 4 Ur comment! Yah walau masih ngaco gak papa khan daripada apa yang jadi uneg-uneg gak dikeluarin. Moga-moga dari yang ngaco ini bisa jadi bahan untuk sharing ...