Pe De aja lagi ....
Hari ini Paijo ditugaskan sama Pimpinannya untuk menghadiri sebuah acara di Kebumen. Dengan PD-nya Paijo berangkat pagi, karena di surat tugas yang Paijo terima tidak ada keterangan waktu tentang pelaksanaan hal tersebut. Sehingga ketika Paijo sampai di tempat tujuan, kurang lebihnya pukul 7.30 WIB, belum satupun undangan yang hadir. Bahkan Satpam di tempat tersebut mengatakan bahwa biasanya kegiatan semacam itu paling cepet dimulai pukul 9.00.
Akhirnya daripada bingung nunggu terlalu lama, iseng-iseng Paijo keliling kota tersebut, mbok lagi rejekinya Paijo bisa mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari apa yang dia lihat. Faktanya, saat Paijo muter-muter tersebut, Paijo mendapatkan satu kenyataan bahwa sepanjang sisi dan pemisah jalan di kota tersebut telah berubah menjadi belantara Bendera Parpol dan Baliho/Poster dari para Calon Anggota Dewan yang terhormat.
Satu tanya yang sempat terlintas dalam benak Paijo adalah apakah para pemasang Baliho/Poster tersebut membayar pajak, seperti halnya pajak yang harus dibayarkan oleh pengiklan-pengiklan dari dunia usaha? Next, tak lupa Paijo sempatkan untuk membaca apa-apa yang tertulis dalam poster mereka selain nama dan parpol mereka. Ternyata ada satu hal yang membuat Paijo jadi menyunggingkan senyumannya. Why? Karena ada beberapa caleg, yang entah karena kurang PD atau terlalu bangga dengan trah keluarganya, juga mencantumkan nama dari Orang Tuanya atau bahkan nama dari Kakek Neneknya. Dan yang lebih parah lagi, ada beberapa nama yang telah menyandang gelar Alm. di depan nama mereka.
Ketika para caleg tersebut untuk memasarkan dirinya saja harus mendompleng nama orang lain, apakah itu suatu pertanda akan kesadaran mereka terhadap diri mereka yang kurang atau belum "Marketable". Ketidak-PD-an tersebut (kalo bolah Paijo menyimpulkan) mungkin bagi sebagian besar masyarakat kita bukanlah suatu masalah. But, bagi seorang Paijo, yang memang punya pikiran nyleneh, hal tersebut menjadi masalah yang besar.
Bagaimana kita bisa menggantungkan masa depan bangsa ini kepada orang-orang yang kurang PD tersebut? Apakah mungkin di dalam ketidak-PD-annya, mereka-mereka berani untuk menyampaikan suara rakyat? Atau jangan-jangan ketika nantinya mereka telah terpilih jadi anggota dewan yang terhormatpun ketika harus menyampaikan sesuatu juga akan berujar "Menurut Bapak/Almarhum Kakek saya, bla bla bla ...."
Semoga apa yang jadi kekhawatiran Paijo hanyalah sebatas kekhawatiran karena ketidakmampuan Paijo dalam mensikapi realitas yang ada. Juga karena nylenehnya daya pikir Paijo aja kale!
0 komentar: