Ponari: Sebuah Renungan
Ditengah kebosanan kita (bahkan muak kali!) dengan berita-berita yang terkait dengan Pemilu, khususnya iklan-iklan para Calon Anggota Legislatif yang berperan bak seorang bintang pilem, kita dikejutkan dengan berita tentang Ponari "Si Dukun Cilik"
Yah, kemunculan Si Dukun cilik yang tiba-tiba menyeruak dalam kehidupan kita, ternyata benar-benar telah mampu menyedot begitu banyak perhatian kita. Dari mulai rakyat jelata sampai yang bukan jelata (Sich siapa ya yang bukan jelata?)
Sebetulnya gerangan apa yang sedang terjadi dengan masyarakat kita ya? Ketika ribuan bahkan puluhan ribu masyarakat kita berdesak-desakan antri untuk mendapatkan mukjizat dari batu-nya Si Ponari. Logika kita kandas disana. Kita dibuat terheran-heran dengan semua fenomena tersebut. Dokter, Paramedis dan "Si Sakit" yang sering memerlukan waktu lama untuk mengobati sebuah penyakit, terhenyak dengan kejadian tersebut.
Kita dibuat tercengang ketika harus menyaksikan bahwa ada sebagian dari calon pasien Si Dukun, yang dengan penuh keyakinan mengambil air dan tanah di sekitar rumah Ponari.
Dan ketika Aparat yang berwenang melarang Si Dukun untuk berpraktikpun, ternyata tidak mampu menghentikan laju dari para pencari kesembuhan tersebut, bahkan ketika MUI mengeluarkan fatwanyapun hal tersebut tetap berjalan.
Sehingga dalam hal ini siapakah yang salah? Apakah Ponari yang salah? Ataukah mereka yang datang untuk mencari kesembuhan atas penyakit yang dideritanya?
Cukupkah pemerintah, melalui aparat sebagai kepanjangan tangannya, hanya mengeluarkan segala larangan ini dan itu? Kayaknya enggak tuch...! Pemerintah harusnya bisa bersikap lebih arif lagi dalam mensikapi hal tersebut. Sudah cukupkan fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah untuk rakyatnya? Sudah terjangkaukah layanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah bagi masyarakat kecil khususnya? Kalau melihat fenomena Ponari (dan mungkin ada banyak Ponari-Ponari yang lainnya yang tidak terekspose) maka jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah ....... belum kale!
0 komentar: