• your image alt

    Slider Title 1

    Place Your Description here.... At vero eos et accusamus et iusto odio dignissimos ducimus qui blanditiis praesentium voluptatum deleniti atque corrupti quos dolores et quas...

  • your image alt

    Slider Title 2

    Place Your Description here.... At vero eos et accusamus et iusto odio dignissimos ducimus qui blanditiis praesentium voluptatum deleniti atque corrupti quos dolores et quas...

  • your image alt

    Slider Title 3

    Place Your Description here.... At vero eos et accusamus et iusto odio dignissimos ducimus qui blanditiis praesentium voluptatum deleniti atque corrupti quos dolores et quas...

Apakah Cinta itu?

Mudah sekali seseorang mengatakan “aku mencintaimu” atau “daripada kita selalu bertengkar, lebih baik kita putuskan saja cinta kita”. Dan masih banyak ungkapan cinta meluncur dari bibir beragam lapisan masyarakat. Ada yang berkata, aku cinta produk dalam negeri atau ada pula yang bilang kesan pertama begitu menggoda hingga akhirnya aku benar-benar jatuh cinta pada lukisan Mona Lisa karya masterpiece seorang seniman bernama Leonardo da Vinci. Senyum Monalisa adalah senyum sejuta pesona, begitu sulit diterka, apakah senyum cinta atau senyum duka. Karena saking jatuh cintanya, ada seseorang yang berani membayar berapa pun harga lukisan itu.

Cinta begitu aneh dan sulit dipahami. Kalau benar cinta, mengapa menyiksa? Kalau benar cinta, mengapa membunuh? Cinta juga begitu sulit diungkapkan dengan kata-kata. Lalu apa sebenarnya cinta itu? Kadang kita tak bisa memberikan jawaban yang memuaskan ketika kita didesak oleh sang kekasih dengan pertanyaan ”Mengapa kamu mencintai aku?” Melalui tulisan singkat ini akan saya coba uraikan pengertian dan makna serta pengaruh “dahsyat” cinta pada berbagai aspek kehidupan.


Pengertian Cinta

Cinta adalah ekspresi jiwa yang didorong oleh suatu keinginan memiliki, menguasai dan atau menikmati (memanfaatkan) atas suatu materi atau objek. Cinta yang baik biasanya bergandeng mesra dengan “kasih”. Tetapi kasih memiliki pengertian yang berbeda. Dalam kasih cenderung kita ingin memberi apa yang kita miliki dan ingin berbagi apa yang kita mampu lakukan kepada suatu objek/orang lain.

Kasih tanpa cinta sangat tidak mungkin. Tetapi cinta tanpa kasih sangat mungkin. Karena unsur cinta lebih banyak untuk pemuasan/kepentingan diri kita, sedangkan unsur kasih lebih banyak untuk pemuasan orang lain. Biasanya kita sering menggabungkan kasih dengan belas, sehingga terbentuklah ungkapan “belas kasih”. Oleh karena itu, kasih lebih banyak memberi atau mengorbankan kepentingan dirinya sendiri demi kebahagiaan orang lain yang dilakukan berdasarkan perasaan belas.

Cinta yang baik juga sering ditemani oleh “sayang”. Kalau sayang pasti karena ada cinta, tetapi kalau cinta belum tentu ada sayang. Sayang merupakan sikap tak ingin menyia-nyiakan sesuatu. Makanya jika kita menyayangi sesuatu benda atau apapun, biasanya kita akan merawat atau memeliharanya dengan penuh perhatian dan kita akan memperlakukannya dengan baik. Mengapa kita mengasihi? karena kita sayang. Kasih dan sayang adalah paduan yang sangat ideal dalam kehidupan, didalam kasih ada sayang, begitu juga dalam sayang ada kasih. Paduan yang erat antara kasih dan sayang akan melahirkan “kemesraan” yaitu meleburnya antara kata-kata dengan perbuatan dalam satu nafas cinta.

Kasih dan sayang hanya mungkin dilakukan oleh seseorang ketika orang tersebut memiliki empati (tenggang rasa, tepo seliro) keikhlasan (ketulusan hati) dan kesabaran. Oleh karena itu jika ada pertanyaan “Mengapa kamu mencintai aku?” maka menurut pendapat saya jawabannya adalah “Karena aku ingin memilikimu, menikmatimu dan menguasaimu apapun adanya dirimu dengan landasan kasih dan sayang. Aku akan menjagamu dengan sepenuh hati karena aku membutuhkanmu dan tak akan kubiarkan dirimu terluka.”

Dorongan cinta diantaranya karena kita ingin memiliki, menguasai dan menikmati. Oleh karena itu jika seseorang sedang jatuh cinta (pada apapun materinya) ekses yang paling menonjol adalah munculnya sikap egoisme, cemburu, merindukan, berkorban (demi pamrih yang dicita-citakan), suka cita, ambisi, berkhayal dan waspada karena takut kehilangan.

Di dalam cinta ada paduan gelora jiwa yang teramat kompleks, karena dia melibatkan seluruh perasaan yang ada dalam jiwa seseorang. Oleh karena itu cinta kadang membuat kita lupa. Lupa akan posisi kita sehingga kita sering berbuat tidak adil gara-gara cinta. Cinta sering menjerumuskan kita dalam kegelapan. Padahal, spirit dari cinta seharusnya demi pencerahan bukan untuk merusak dan membakar, sebab lambang dari cinta adalah air jernih yang mengalir tenang. Namun, air yang jernih ini pun bisa segera berubah warna menjadi keruh dan menggelegak yang siap menyeret kita dalam pusaran arus deras dan menenggelamkannya. Hal ini terutama untuk jenis cinta yang hanya dimotivasi oleh unsur penguasaan dan kenikmatan demi pemuasan nafsu saja.

Cinta yang digerakkan hanya oleh semangat penguasaan dan kenikmatan demi pemuasan nafsu, sangat berbahaya karena bisa membuat hati kita buta atau gelap mata (brutal). Hati yang buta atau mata yang gelap, akan mudah menyeret kita pada perbuatan kalap yaitu tidak bertanggung jawab. Berani berbuat tetapi ketika dituntut tanggungjawawabnya akan mengelak dengan berbagai cara dan alasan. Oleh karena itu jangan mudah jatuh cinta oleh objek apa pun termasuk cinta kepada materi (harta, tahta dan seks). Supaya tidak mudah jatuh cinta diperlukan keceerdasan, kritis, analitis, dan obyektif dengan harus senantiasa dapat mengontrol prilaku diri kita.
Antara Keinginan dan Kebutuhan

Cinta membuat hidup kita senantiasa dikuasai oleh banyak keinginan, baik dorongan keinginan untuk pemuasan jiwa maupun raga. Namun, dari sejumlah keinginan itu sebenarnya banyak yang bukan merupakan kebutuhan. Misalnya, kita sebenarnya tidak butuh atau tidak perlu rumah mewah dengan interior design yang gemerlap, yang kita BUTUHkan hanyalah rumah tempat tinggal yang aman, nyaman dan sehat lingkungan. Tetapi karena kita terlalu dikuasai oleh dorongan kinginan untuk memiliki rumah mewah, maka akhirnya ditempuhlah berbagai cara demi mewujudkan keinginan.

Hidup kita akhirnya banyak dikendalikan oleh “keinginan demi keinginan”. Kita ingin memiliki seratus pasang giwang berlian dengan berbagai model, padahal yang kita butuhkan sebenarnya hanya tiga pasang bahkan tanpa satu pasang giwang pun sebenarnya tidak apa-apa. Jika kita tidak tahan dengan godaan keinginan, ditempuhlah berbagai cara demi mewujudkannya, misalnya pinjam (hutang) sana-sini, mencuri/korupsi, merampok, menipu dan sebagainya. Padahal, jika kita selalu menuruti keinginan, maka niscaya keinginan itu tidak ada batasnya.

Lain dengan kebutuhan. Kebutuhan hidup itu relatif terbatas. Contohnya, dalam satu hari kita hanya butuh makan tiga kali. Tetapi “keinginan” makan berbagai menu itulah yang sulit kita batasi. Kita sebenarnya hanya memerlukan (membutuhkan) lima stel pakaian, tetapi karena keinginan pada berbagai mode dan merek akhirnya pakaian kita menumpuk sampai tiga almari. Nafsu-nafsu inilah yang akhirnya menyeret dunia dalam berbagai krisis yaitu krisis pangan, krisis energi, kirisis ekonomi dan krisis politik. Angkara murka dan gengsi sering karena dipicu oleh keinginan yang tak terkendali.

Kita merasa selalu tidak puas dengan apa yang telah diperoleh. Satu kinginan telah berhasil diraih, maka seribu keinginan akan menagih untuk dipenuhi. Kapitalisme dan liberalisme adalah “jago” dalam menjerumuskan manusia untuk berlomba-lomba memenuhi “keinginan hidup” bukan kebutuhan hidup. Manusia yang hanya sibuk menuruti keinginan, hidupnya senantiasa diliputi oleh kecemasan (Jawa:kemrungsung), kemunafikan, ambisius, dan egoistis.

Andai saja dalam kehidupan ini semua orang menggunakan prinsip “hidup sesuai dengan kebutuhan” maka tidak akan terjadi kelaparan, kemiskinan, pengangguran, penindasan, peperangan dan kerusakan alam akibat eksploitasi tiada batas. Sesungguhnya, alam yang begitu luas dan subur ini, mampu menghidupi semua makhluk yang tumbuh atau hidup di atasnya.

Lihat saja, betapa maha pengasihnya alam ini, yaitu ketika kita menanam sebutir jagung maka akan keluar beratus-ratus butir jagung, ketika kita menanam satu bulir padi maka kita akan memanen beratus-ratus bulir padi. Ketika kita menanam satu butir biji melon, maka kita bisa memanennya menjadi berpuluh-puluh buah melon. Begitu juga dalam berternak atau budidaya ikan. Bagaimana mungkin kita kekurangan gizi, wong satu ekor ayam bisa bertelur sampai puluhan butir dan bahkan satu ekor ikan lele bisa bertelur sampai ratusan butir. Hampir tidak ada buah, biji-bijian atau hewan peliharaan yang tidak berlipat ganda jumlahnya dibandingkan dengan jumlah yang kita tanam atau kita pelihara. Ini semua membuktikan bahwa alam tidak akan membiarkan penduduknya kelaparan dan miskin.

Alam begitu kasih dan sayang terhadap penduduknya, namun sayangnya manusia sering berlaku buruk terhadapnya. Alam yang sudah begitu baik ini, malah diperkosa dan disakiti dengan berbagai macam pencemaran dan pengrusakan lingkungan demi pemuasan nafsu yang tak pernah habis. Aliran sungai yang sebenarnya merupakan urat nadi kehidupan, malah dijadikan tempat pembuangan segala macam sampah dan limbah pabrik yang berbahaya. Hutan yang sebenarnya mampu berfungsi sebagai lahan ekosistem, digunduli sehingga banyak hewan dan spesies lainnya mati dan air hujan pun langsung mengguyur permukaan tanah yang gundul itu dengan sangat leluasa. Akhirnya terjadi tanah longsor, banjir dan pendangkalan sungai-sungai.

Benci adalah Lawan dari Cinta

Cinta memang telah melahirkan berbagai macam dorongan keinginan. Benci juga melahirkan berbagai macam keinginan yaitu keinginan untuk melenyapkan, keinginan untuk menjatuhkan, keinginan untuk membunuh dan berbagai keinginan yang sifatnya merusak. Lawan dari cinta adalah benci. Lalu apakah yang disebut dengan kebencian atau benci itu? Benci adalah kebalikan dari cinta yaitu ekspresi jiwa yang cenderung untuk meniadakan, memusuhi, menghancurkan atau memusnahkan atas suatu materi.

Karena unsur benci adalah semangat untuk meniadakan, memusuhi, menghancurkan dan memusnahkan pihak lain, maka gejala yang menonjol dari benci adalah amarah, tidak toleran, menyerang, merusak dan perasaan superioritas pada dirinya sendiri yaitu menganggap dirinya yang paling benar dan kuat.

Dalam kebencian selalu saja ada sikap amarah. Padahal seseorang yang sedang marah, selalu mengandaikan orang lain salah atau menentang kehendaknya. Orang yang tidak toleran biasanya egois karena selalu berpikir untuk kepentingan dirinya sendiri. Orang yang menyerang biasanya karena dia lebih suka jalan pintas, tidak suka musyawarah tidak suka dialog. Orang yang merusak biasanya karena jiwanya kaku dan keras tidak menyukai kebijaksanaan, keindahan dan ketertiban.

Antara benci dan cinta sungguh sangat tipis batasnya. Mengapa? Sebab gejala yang tampak akibat dari cinta juststru sering berakhir dengan malapetaka. Cinta yang seharusnya memelihara justru malah merusak. Cinta yang seharusnya melindungi justru malah menyiksa. Misalnya, cinta orang tua terhadap anaknya yang seharusnya melindungi malah sering berakibat pada penyiksaan. Semua ini karena orang tua mengukur cinta dari dalam dirinya sendiri tanpa disertai sikap kasih dan sayang. Cinta yang tidak dibarengi dengan kasih dan sayang justru bisa berakibat fatal. Karena kita hanya pandai menuntut tanpa mau berkorban, menjadi takut kehilangan dan mudah gelap mata. Jika tidak hati-hati dengan cinta, maka tidak ada bedanya antara benci dan cinta. Sebab, keduanya bisa sama-sama menghancurkan pihak lain maupun dirinya sendiri.

Lambang dari benci adalah kobaran api yang menyala-nyala yang siap untuk membakar dan menghanguskan apapun yang ada dihadapannya termasuk dirinya sendiri. Benci begitu mudah menyilapkan pandangan kita, seolah-olah apa yang ada di hadapan kita semua serba buruk, semua serba negatif. Mengapa hal ini terjadi? Karena kita telah kehilangan kesabaran untuk menentramkan diri. Dengan demikian, sabar adalah kata kunci untuk memerangi kebencian. Dengan kesabaran kita berkesempatan untuk menilai segala sesuatu berdasarkan nurani yang jernih bukan dengan emosional (nafsu amarah).

Semangat dari cinta adalah “menumbuhkan” semua harapan yang indah dan ideal. Sedangkan semangat dari benci adalah “mematikan“ semua yang indah dan ideal. Jadi betapapun kita membenci atau mencintai sesuatu tetaplah kita selipkan perasaan “eling lan waspodo” agar kehidupan ini tidak mudah jatuh dalam pelukan mesra sang teroris.

Ingatlah bahwa teroris itu tidak selalu ngalor-ngidul menenteng bom untuk diledakkan, namun teroris bisa juga suatu gerakan yang sistematis untuk merusak akal budi kita melalui pencucian otak (brain washing) dan bisa juga dengan intimidasi. Terorisme kadang menyelinap jauh kedalam relung hati kita, tanpa kita sadari. Seseorang yang kehadirannya selalu membuat orang lain ketakutan, sebenarnya dalam dirinya telah bersemi bibit-bibit terror.

Semoga kehadiran kita membuat orang lain yang tadinya pesimis menjadi optimis, yang tadinya bodoh menjadi pintar, yang tadinya malas menjadi rajin bekerja, yang tadinya curang menjadi jujur, yang tadinya semau gue menjadi disiplin, yang tadinya sedih menjadi gembira, yang tadinya bekerja seadanya menjadi lebih produktif dan bertanggungjawab, yang tadinya peragu menjadi percaya diri. Pemimpin harus bisa memberi motivasi kepada anak buahnya untuk “bekerjasama mencapai satu tujuan yang telah dirumuskan bersama”.

Baca selengkapnya »
6.27.2009 0 komentar

Analogi Air Garam

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? " sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, " jawab sang
murid muda.


Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya
tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam
dadamu itu
jadi sebesar danau." (From : Suluk - Blogsome)

Baca selengkapnya »
0 komentar

Salah Kaprah atau Memang Salah

Tadi Kang Paijo, dpt email dari seseorang yang katanya mantan .... Dia bilang: "Pak aku udah punya blog". "Wah hebat donk, kamu udah pinter. Tolong kasih tahu alamat blogmu donk" pinta Kang Paijo. "Ni pak: http://www.P1j41R.blogspot.com. dan ini passwordnya: Pijararipratama" OK. Thank ya. Begitulah sedikit cuplikan dari obrolan kami tadi.

Nah, ini yang mbingungi Kang Paijo. Piye to cah iki, masak password diomongin ke orang lain, trus nama blog khok kayak gitu. Unfamiliar banget gitu lho, susah diingat lagi.



Ada satu kesepakatan disana bahwa ketika kita membuat nama untuk website ataupun blog atau yang lainnya, berilah nama yang mencerminkan isi ataupun yang empunya website atau blog tersebut. Dengan nama itu nantinya akan mempermudah siapapun untuk mengingat baik itu tentang isi ataupun content dari website/blog kita. Demikian juga setahu Kang paijo, alamat blog nggak pakai www khan. Apa Kang Paijo yang nggak tahu ya? Tapi ketika tadi Kang paijo coba buka alamat yang dikasih tadi ya tidak kebuka. Baru setelah www-nya dihilangin, kebuka deh. Dan akhirnya ..... Endak ada isinya! Blm ada satu postinganpun. Lha piye jal?

Kang Paijo jadi inget sama rekan kerjanya yang rodo konyol juga. Masak dia bilang punya alamat email dan alamatnya blabla(namanya githu)@yahoo@plaza.com. Lha ini piye jal? Masak bisa pake yahoo berbarengan dengan plaza?

Endinge dongeng, ya mungkin ini dari budaya kita yang seolah-olah menabukan kita untuk bertanya. Sehingga ketika kita baru tahu sedikit, rasanya kita sudah tahu begitu banyak. Apalagi ketika itu seorang guru, kayaknya tabu banget ketika dia-nya harus bertanya. Tapi ketika kejadiannya kayak tadi, yang terjadi khan "malu bertanya, benar-benar memalukan jadinya" ya enggak?


Baca selengkapnya »
6.23.2009 0 komentar

KCB

Bertuturlah cinta mengucap satu nama

Seindah goresan sabda-Mu dalam kitabku

Cinta yang bertasbih mengutus hati ini

Ku sandarkan hidup dan matiku pada-Mu

*courtesy of LirikLaguIndonesia.net

[*]



Bisikkan doaku dalam butiran tasbih

Ku panjatkan pintaku pada mu Maha Cinta

Sudah diubun-ubun cinta mengusik rasa

Tak bisa ku paksa walau hatiku menjerit


[**]

Ketika cinta bertasbih nadiku berdenyut merdu

Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta

Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang

Sujud syukur pada-Mu atas segala cinta


Back to [*][**]


Cinta…


Back to [**]


Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang

Sujud syukur pada-Mu atas segala cinta

Ketika cinta bertasbih



Koleksi Melly Goeslaw yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Melly Goeslow feat Amee - Ketika Cinta Bertasbih
Gambar Artis Indonesia



Baca selengkapnya »
0 komentar

Enaknya bisa menikmati "Teknologi"

Ternyata kemajuan teknologi kalau kita bisa memanfaatkan dengan benar asyik juga lho. Banyak manfaat yang bisa kita rasakan dari kemajuan tersebut. For example, yang mudah aja, dulu semasa ponsel masih jadi barang mahal, kita masih harus itung-itungan ketika harus melakukan komunikasi lewat ponsel. Namun sekarang dengan perkembangan yang begitu pesat dan persaingan operator kita bisa menikmati pelayanan yang sangat terjangkau walaupun kadang dari sisi kwalitas agak mengecewakan.



Demikian juga dengan Perkembangan di bidang IT, dulu nggak kebayang kita bisa browsing, chatting etc, di daerah yg remote. Namun sekarang hal tersebut menjadi sesuatu yang sudah sangat biasa. Kayak yang dialami Kang Paijo. Soalnya dia tinggal di daerah agak pedalaman (temenya Tarzan kale), yah gimana nggak pedalaman, ketika nyari sinyal aja agak susah. Tapi yang terjadi sekarang, hanya dengan bermodal laptop dan modem eksternal, Kang Paijo bisa internetan sepuasnya bahkan di karangan. H ... he ...

Masak internetan di karangan? Ya begitulah namanya Kang Paijo, kalau tidak nganeh-nganehi bukan Paijo namanya. Bahkan anak gadisnya sendiri sempat protes juga, dia bilang "Pa, masak main laptop di halaman?, kayak nggak ada tempat aja". Ditanya gitu, dasar Kang Paijo ya cuma nyengir thok.

Ending cerita, bahwa segalanya akan baik atau buruk memang tergantung siapa yang pake, bahasa londonya "Man behind the gun" ya. Moga-moga generasi muda kita memang bisa memanfaatkan kemajuan IT untuk kegiatan yang benar-benar positif, untuk menambah ilmu mereka, syukur-syukur untuk menghasilkan uang. Siapa mau? Anda mau, mau, mau. Kalau mau hubungi Kang Paijo, paling lambat dalam waktu 1 x 24 jam setelah postingan artikel ini. Hi... hi ..

Baca selengkapnya »
6.18.2009 0 komentar

The Annoying Technology

Apa iya technology bisa mengganggu?
Ceritanya gini, barusan Kang Paijo khan melaksanakan kewajiban dia sebage anggota PPK untuk melaksanakan sosialisasi Pemilu Presiden n Wapres Tahun 2009 di sebuah desa. Acara inti malam tadi adalah pelantikan dan pengambilan sumpah ketua KPPS. Nah diacara inilah kejadian yang Kang Paijo maksudkan terjadi.

Pertama pada saat semua yang hadir sedang menyayikan lagu kebangsaan Indonesia Raya (Kayaknya acaranya resmi banget ya?), tiba-tiba ada ponsel (yang bener istilahnya ponsel atau HP ya?) seorang peserta yang berbunyi. Dan ladhalah, dengan santainya siempunya ponsel tersebut mengambilnya dari saku dan membaca sesuatu (Mungkin ada SMS yang masuk). Hal itu beliau lakukan dengan sambil tetap menyayikan lagu Indonesia Raya.



Yang kedua kayaknya lebih parah lagi, karena itu terjadi pada seorang ketua KPPS yang sedang diambil sumpahnya. Dan kejadiannya sama seperti yang pertama tadi, beliaupun dengan santainya mengeluarkan ponsel dari sakunya, membaca sesuatu dan terakhir memasukkan ke dalam sakunya kembali. Santai banget gitu!

Demikian juga saat Kang Paijo sedang menyampaikan materi sosialisasi, beberapa kali terdengar ponsel dari yang hadir mengeluarkan bunyi-bunyian yang (jujur) sangat mengganggu jalanya acara pada malam tadi.

Bahwa technology itu diciptakan demi memudahkan manusia sebagai usernya, tapi ketika hal tersebut digunakan bukan pada tempatnya atau pada situasi yang tidak semestinya, penggunaan technology tadi akan bisa menjadi sesuatu yang menjengkelkan.

Kejadian tersebut apakah berangkat dari budaya kita atau dari ketidakpahaman sang user akan technology yang dipakainya? Bukankah kita bisa mengaktifkan fitur "silence" pada kondisi-kondisi seperti tadi, sehingga ponsel kita tidak akan menimbulkan bebunyian yang mengjengkan tadi. Maka dari itu yang terpenting dari adanya technology bukanlah kemampuan kita dalam membeli perangkat tersebut, tetapi yang utama adalah bagaimana kita bisa memberdayakan diri kita selaku user dari technology tersebut sebelum memutuskan untuk menggunakan technology tersebut.

Kang Paijo jadi teringat dengan rekan-rekan kerja yang beberapa hari belakangan ini kayak diburu nafsu untuk membeli Laptop. Karena beberapa rekan tersebut faktanya belum bisa mengoperasikan PC walaupun sebatas pada penggunaan yang sangat mendasar, seperti mengetik dsb. Apakah ini yang disebut dengan korban dari technology? Bahwa kenyataanya mayoritas masyarakat Indonesia ketika memutuskan untuk membeli suatu gadget (perangkat) motif utamanya bukanlah fungsi dari gadget tersebut. Tapi motif yang dominan adalah gengsi ....


Baca selengkapnya »
6.15.2009 1 komentar

Pengumuman

Gembira dan Sedih ... Yah itulah yang Kang Paijo rasakan ketika akhirnya hasil Ujian Nasional 2008/2009 diumumkan Sabtu kemaren. Gembira ketika tau bahwa salah satu program studi yang ada bisa lulus 100%. Tapi juga sedih karena disisi lain, untuk satu program studi yang lain masih banyak yang tidak lulus.



Kang Paijo sebagai seorang pendidik, sebetulnya sadar bahwa yang namanya pendidikan itu adalah sebuah proses. Proses yang didalamnya terlibat begitu banyak aspek yang akan menentukan hasil akhirnya nanti, yaitu pada saat anak didik tersebut harus menghadapi Ujian Akhir. Dengan demikian bahwa berhasil tidaknya seorang siswa dalam mengikuti Ujian Akhir (Lulus/Tidak Lulus) bukan hanya menjadi tanggung jawab guru di kelas XII. Namun pada kenyataannya, beban kelulusan sepertinya ditumpukan pada pundak guru-guru yang mengajar di kelas XII tersebut. Sehingga sering kali hal tersebut menjadi beban bagi sebagian guru kelas XII.

Ketika pada akhirnya ada beberapa siswa yang tidak lulus, Kang Paijo merasakan adanya sebuah kegagalan yang begitu sangat dalam dirinya. Dia merasa telah gagal menjadi seorang guru karena mayoritas dari siswa yang tidak lulus disebabkan oleh mata pelajaran yang diampunya. Tapi apa memang harus seperti itu. Haruskah Kang Paijo merasa bahwa dia adalah sumber ketidak lulusan tersebut?

Disatu sisi, ketika ada beberapa siswa yang menangis ato bahkan sampe pinsan karena tidak lulus, sebagian besar siswa yang lain justru berpesta pora merayakan kelulusan mereka dengan berbagai tindakan yang begitu atraktif. Mereka mengecat baju dan bahkan rambut dengan pilox, berpawai dengan sepeda motor dsb. Dimanakah rasa solidaritas yang selema ini mereka agung-agungkan? Ato mereka sudah tidak peduli lagi dengan nasib beberapa teman mereka yang tidak lulus?

Kang Paijo jadi teringat sebuah nasihat dari orang bijak yang mengatakan bahwa orang yang akan berhasil/sukses dalam hidup ini adalah orang yang bisa merasakan kesedihan dalam kegembiraanya dan orang yang bisa bergembira dalam kesedihannya. Bahwa ketika kita berhasil/gembira, pasti disisi lain ada orang yang tidak berhasil/gembira, demikian juga sebaliknya. Jadi intinya adalah bagaemana kita bisa berempati dengan perasaan orang lain.


Baca selengkapnya »
6.14.2009 1 komentar